Jumat, 18 Mei 2012

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING


PEMAHAMAN TEORITIS TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING
 
BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara Optimal, dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinterksi dengan lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.
Menyadari hal di atas siswa perlu bantuan dan bimbingan orang lain agar dapat berindak dengan tepat sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan tetapi juga mengembangkan kesluruhan kepribadian anak. Sebagai profesional guru memegang peran penting dalam membantu murid mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa itu bimbingan?
2.      Apa itu konseling?
3.      Bagaimana azas-azas bimbingan konseling?
4.      Bagaimana landasan bimbingan konseling?
 



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Bimbingan
v     Bimbingan sebagai bantuan  yang diberikan individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu. (Frank Parson, dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004).
v     Menurut Jones, Staffire dan Stewart, 1970 bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilahn dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu didasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas  dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang-orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti iti tidak diturunkan (diwarisi) tetapi harus dikembangkan. ( Prayitno dan Erman Amti, 2004).
v     Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Unsur-unsur  pokok bimbingan, sbb:
1.      pelayanan bimbingan merupakan suatu proses
2.      bimbingan merupakan proses pemberian bantuan
3.      bantuan diberikan kepada individu baik perorangan maupun kelompok
4.      pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan  oleh atau kekuatan klien sendiri, sehingga mencapai kemandirian
5.      bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bahan, interaksi, nasehat, ataupun gagasan serta alat-alat tertentu baik yang berasal dari klien sendiri, konselor maupun dari lingkungan.
6.      bimbingan tidak diberikan untuk kelompok-kelompok umur tentu saja tetapi meliputi semua usia mulai dari anak-anak, remaja dan orang dewasa.
7.      bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli yaitu orang-orang yang memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh pendidikan serta latihan yang memadai dalam bidang bimbingan dan konseling
8.      pembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginan-keinginannya kepada klien, karena klien mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri, sepanjang dia tidak mencampuri hak-hak orang lain.
9.      bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku

B.     Pengertian Konseling
v     Konseling adalah upaya membantu individu melalui  proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli (klien) agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. (Shetzer dan Stone, dalam Achmad Juntika Nurihsan, 2006).
v     Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi masalah-masalahnya. (ASCA, dalam Achmad Juntika Nurihsan, 2006).
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2007:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Ciri-ciri pokok kegiatan konseling, sbb:
1.      Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, gerakan-gerakan isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi tersebut.
2.      Model interaksi di dalam konseling itu terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dank lien saling berbicara.
3.      Interaksi antar konselor dank lien berlangsung dalam waktu yang relative lama dan terarah kepada pencapaian tujuan.
4.      Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.
5.      Konseling merupakan proses yang dinamis dimana individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi .
6.      Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien yaitu atas dasar penghargaan terhadap harkat dan martabat klien.
Tujuan Konseling
1.      Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Khususnya disekolah tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantub  dalam sosialisi dengan siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri.
2.      Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif


3.      Penyelesaian masalah
4.      Mencapai keefektifan pribadi
5.      Mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.
Fungsi Pelayanan Konseling
1.      Pemahaman
-         Pemahaman tentang klien
-         Pemahaman tentang masalah klien
-         Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
2.      Pencegahan
3.      Pengentasan
4.      Pemeliharaan dan pengembangan
5.      Advokasi
Prinsip-prisip Bimbingan dan Konseling
1.      Sasaran Pelayanan
2.      Masalah Individu
3.      Program Pelayanan
4.      Pelaksanaan Layanan
5.      BK di sekolah

C.     Azas-azas Bimbingan dan Konseling
1.      Azaz Kerahasiaan
Merupakan asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini  guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. Jika asas kerahasiaan ini benar-benar dijalankan maka bimbingan dan koseling akan berjalan dengan lancar dan baik.
2.      Azas Kesukarelaan
Asas ini merupakan asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal  ini guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3.      Asas Keterbukaan
Asas ini merupakan asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan besikap terbuka dan tidak berpura-pura baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam  menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan kerelaan.
4.      Asas Kegiatan
Asas ini menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan/ kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5.      Asas kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan cari-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik (klien).
6.      Asas Kekinian
Asas yang menghendaki objek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.

7.      Asas Kedinamisan
Asas ini menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.      Asas keterpaduan
Asas ini merupakan asas yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling baik  yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9.      Asas Keharmonisan/Kenormatifan
Asas ini menghendaki agar segenap layanan  dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hokum, peraturan, adapt istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10.  Asas Keahlian
Yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar-dasar kaidah propesional. Dalam hal ini dalam pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam menyelenggarakan jensi-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11.  Asas Alih Tangan Kasus
Asas Alih Tangan Kasus yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu  permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih tangankan kepihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula sebaliknya guru pembimbing (konselor) dapat mengalih tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun luar sekolah.
12.  Asas Tutwurihandayani
Asas ini menunjukkan pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang dibimbing lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ingngarsa sung tulada, ing  madya mangun karso”.

D.    Landasan Bimbingan dan Konseling
1)      Filosofis
Pemikiran filosifis yang selalu terkait dengan pelayanan BK terutama adalah tentang konsep manusia, makna dan hakikat kehidupan manusia, serta tugas dan tujuan hidupnya. Pemikiran tentang hakikat manusia akhirnya bermuara pada deskripsi yang mendasar bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki empat dimensi, keindividualan, dimensi kesosilan, dimensi kesusilaan dan dimensi keberagamaan. Disamping itu pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang memiliki tujuan dan mengemban tugas kehidupan tertentu yang berkaitan dengan kehidupan beragama, bekerja, berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Oleh karena itu pemikiran filosofis menuntut konselor bekerja secara cermat, tepat dan bijaksana.
2)      Religius
Landasan religius dalam pelayanan BK sangat perlu diletakkan, karena agama berpengaruh dalam kehidupan manusia. Agama adalah dimensi, potensi, dan kebutuhan jiwa manusia yang tinggi. Kemuliaann manusia  sebagaimana ditunjukkan oleh kaidah-kaidah agama harus dikembangkan dan dimuliakan. Segala tindakan dan kegiatan BK selalu diarahkan pada tujuan pemuliaan kemuliaan manusia itu. Oleh karena itu pengaruh agam pada tujuan pemuliaan dalam pelayanan BK adalah mengerahkan klien dalam upaya meningkatkan imtak, kemuliaan akhlak atau kemanusiaannya.
3)      Psikologis
Landasan psikologis dalam BK dimaksudkan untuk  memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan dengan berbagai latar belakang dan latar depannya. Hal ini sangat penting, karena bidang garapan BK adalah tingkah laku  individu, khususnya klien yang perlu diubah dan atau dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya .
4)      Sosial Budaya
Landasan social budaya dalam BK dimaksudkan untuk mengingatkan konselor bahwa pelayanan BK yang dikembangkan hendaknya ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan ke-Bhinekaan kehidupan sosial budaya mereka miliki.
5)      Ilmiah dan Teknologis
Landasan ini membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan BK. Dalam kaitan ini BK adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya. BK juga sebagai suatu ilmu yang multi-refensial  menerima sumbangan-sumbangan besar dari ilmu lain dan bidang teknologi, sehingga BK menjadi besar dan kokoh serta selalu dapat mengikuti perubahan dan perkembangan zaman, terutama dibidang IPTEK yang semakin pesat.
6)      Pedagogis
Landasan pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan BK memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar BK merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan. Demikian juga, tujuan pelayanan dan proses BK berujung pada nilai pedagogis.

 



BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.
Bimbingan konseling itu sendiri memiliki cirri-ciri, tujuan, fungsi pelayanan konseling, prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, azas-azas dan landasan bimbingan konseling.

B.     Saran
Berdasarkan penjelasan tentang bimbingan konseling, penulis memberikan saran bagi pelaksana/guru harus lebih kreatif dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling, pendekatan yang digunakan sebaiknya pendekatan perkembangan, pelayanannya harus cepat tanggap dan lebih proaktif.


 


DAFTAR PUSTAKA



Februlini, Dini. 2011. Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Teras

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.

Winkel, W.S,.2007. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Yusuf, Samsul dan Juntika, Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rodaskarya


 




KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan karunia dan lindungan-Nya. Begitu besar rasa syukur yang penulis rasakan, karena berkat Ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Konseling.  
Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dari itu, sudah selayaknya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus – tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis tercatat sebagai amal shaleh dan mendapat imbalan yang berlipat dari Allah swt.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan sebagai proses perbaikan untuk karya tulis selanjutnya hingga menjadi lebih baik.

Bengkulu,  Mei 2012

         Penulis






DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ................................................................................................       i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................      ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................     iii

BAB     I     PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ..................................................................................     1
B.     Rumusan Masalah ..............................................................................     1

BAB     II    PEMBAHASAN
A.     Pengertian Bimbingan.........................................................................     2
B.     Pengertian Konseling..........................................................................     3
C.     Asas-asas Bimbingan Konseling ........................................................     5
D.     Landasan bimbingan Konseling...........................................................     8

BAB     III   PENUTUP
A.     Kesimpulan........................................................................................   10
B.     Saran.................................................................................................   10



2 komentar:

  1. Makasih atas bagi ilmunya. maaf baru bisa komen, cos baru pindah ke daerah yang ada sinyal speedy

    BalasHapus
  2. thanks atas kunjungannya. kritikan n motifasinya amat berarti bagi kami..

    BalasHapus