Senin, 16 April 2012

makalah SPI (Asal-usul Kerajaan Persia dan Mongol)


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Ada dua aspek menarik dari pengkajian sejarah kerajaan Shafawi pada   ( 1501-1722 M ). Pertama, lahirnya kembali dinasti Shafawi adalah kebangkitan kembali kejayaan Islam. Ketika Islam sebelumnya pernah mengalami masa kecemerlangan. Kedua, dinasti Shafawi telah memberikan kepada Iran semacam “Negara Nasional” dengan identitas baru, yaitu aliran Syiah yang menurut G.H. Jansen merupakan landasan bagi perkembangan nasionalisme Iran Modern.
Menurut Sayid Amir Ali, kata Shafawi berasal dari kata shafi, suatu gelar bagi nenek moyang raja-raja Shafawi: Shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily, pendiri dan pemimpin tarekat Shafawiyah. Amir Ali beralasan, bahwa para musafir, pedagang dan penulis Eropa selalu menyebut raja-raja Shafawi dengan gelar Shafi agung. Sedangkan menurut P.M. Holt dan kawan-kawan, Shafawi berasal dari kata Shafi, yaitu bagian dari nama shafi Al-Din Ishak Al-Ardabily sendiri.
Jatuhnya Kota Baghdad pada tahun 1258 M, ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap di bumi hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.    Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Pada Masa Bani Shafawi di Persia
b.  Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa kerajaan Mongol




BAB II
PEMBAHASAN



A.     Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Pada Masa Bani Shafawi di Persia.
Kerajaan Shafawi berdiri secara resmi di Persia pada 1501 M/907 H, tatkala Syekh Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syekh di Tabriz, demikian antara lain pendapat C.E. Bosworth. Namun event sejarah yang penting inilah tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang, yakni kurang lebih dua abad. Waktu yang hampir sama dengan usia kerajaan Shafawi sendiri. Selama masa itu, cikal bakal Shafawi tumbuh lambat laun, tetapi pasti menuju zaman yang penuh dengan muatan dan historis yang sangat penting.[1]
a)      Asal-Usul Kerajaan Shafawi di Persia.
Pada waktu kerajaan Turki Utsmani sudah mencapai puncak kejayaannya, kerajaan Shafawi di Persia masih baru berdiri. Namun pada kenyataannya, kerajaan ini berkembang dengan cepat. Nama Shafawi ini terus di pertahankan sampai tarekat safawiyah menjadi suatu gerakan politik dan menjadi sebuah kerajaan yang di sebut kerajaan Shafawi. Dalam perkembangannya, kerajaan Shafawi sering berselisih dengan kerajaan Turki.
Kerajaan Shafawi mempunyai perbedaan dari dua kerajaan besar Islam lainnya seperti kerajaan Turki Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan sebagai penganut Syi’ah dan dijadikan sebagai madzhab negara. Oleh karena itu, kerajaan Shafawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya negara Iran dewasa ini .
Kerajaan Shafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabil kota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Shafawiyah sesuai dengan nama pendirinya Safi Al-Din, salah satu keturunan Imam Syi’ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid’ah Tarekat ini menjadi semakin penting setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia.
Dalam perkembangannya Bangsa Safawi (tarekat Safawiyah) sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi’ah). Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
b)      Peran dinasti Shafawi bagi peradaban Islam.
Peran kesejarahan dinasti Shafawi begitu besar. Hal ni dapat dilihat dari sisi kemajuan dan kejayaannya. Kendati demikian,masa kemajuan kerajaan shafawi tidak lanagsung terwujud pada saat dinasti itu berdiri di bawah Ismail, raja pertama ( 1501-1524 M ). Kejayaan Shafawi yang gemilang baru dicapai pada masa pemerintahan Syaikh Abbas yang agung ( 1578-1629 ) raja yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Shafawi sangat besar sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Shafawi di kemudian hari. Di samping telah memberikan corak yang khas bagi Shafawi dengan menetapkan Syiah sebagai agama Negara, Syaikh Ismail juga telah memberikan dua karya besar bagi negaranya, yaitu perluasan wilayah dan penyusun struktur pemerintahan yang unik pada masanya.
c)      Wujud dan corak kemajuan dinasti Shafawi.
a.       Kemajuan di bidang politik.
Pengertian kemajuan dalam bidang politik disini adalah terwujudnya integritas wilayah Negara yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh dan di atur oleh suatu pemerintahan yang kuat serta mampu memainkan peranan dalam percaturan politik internasional. Sebagaimana lazimnya kekuatan politik suatu Negara di tentukan oleh kekuatan angkatan bersenjata, Syaikh Abbas I juga telah melakukan langkah politiknya yang pertama, membangun angkatan bersenjata, Dinasti Shafawi yang kuat, besar dan modern. Tentara Qizilbas yang pernah menjadi tulang punggung dinasti Shafawi yang besar, pada masa awal di pandang syaikh Abbas tidak pernah bisa di harap lagi. Qizilbas hanya menjadi semacam tentara nonreguler yang tidak bisa diharapkan lagi untuk menopang citra politik Syaikh yang besar. Untuk itu di bangun suatu angkatan bersenjata regular. Inti satuan militer ini direkturnya dari bekas tawanan perang bekas Kristen di Georgia dan Circhasia yang sudah mulai di bawah Persia. Syaikh Tahmasab ( 1524-1576 ) mereka di beri gelar “ghulam”. Mereka di bina dengan pendidikan militer yang miitan dan dipersenjatai secara modern. Sebagai pimpinannya, Syaikh Abbas mengangkat Allahwardi Khan, salah seorang dari ghulam itu.
b.       Kemaujuan di Bidang ekonomi.
Kerajaan Shafawi masa syaikh Abbas mengalami kemajuan di bidang ekonomi, terutama industri dan perdagangan. Pada akhir abad ke-15 ( 1498 ) Vasco da Gama, seorang pelaut potugis menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung selatan di Afrika. Penemuan ini membuka fase baru dalam perkembangan dunia perdagangan internasional. Bangsa Eropa sendiri berlomba-lombaberlayar ke timur untuk memperebutkan daerah-daerah perdagangan yang menguntungkan. Portugis pada akhir abad ke-16 telah menguasai paling tidak tiga kota dagang yang terpenting di sekitar samudra Hindia, yaitu Hormuz di Persia, Goa di India dan Malaka di Malaya.
c.       Kemajuan di Bidang Fisik Tata Kota.
Ibu kota Shafawi ialah kota yang sangat indah. Pembangunan besar-besaran di lakukan oleh Syaikh Abbas terhadap ibu kotanya, Isfahan. Pada saat ia mangkat di Isfahan terdapat 1603 buah mesjid, 48 buah perguruan tinggi, 1082 buah losmen yang luas untuk penginapan tamu-tamu khalifah dan 237 unit pemandian umum. Diantaranya yang paling terkenal ialah Mesjid Syaikh yang mulai di bangun sejak 1611 M, Mesjid Luthfullah yang dibangun pada 1603 M. Syaikh Abbas juga membangun istana megah yang disebut Chihil sutun atau Istana Empat Puluh Tiang, sebuah jembatan besar di atas sungai Zende Rudd an Taman Bunga Empat Penjuru.
d.      Kemajuan di Bidang Filsafat dan Sains.
Pada masa dinasti Shafawi, filsafat dan sains bangkit kembali di dunia islam, khususnya dikalangan orang-orang Persia yang berminat tinggi pada pekembangan kebudayaan. Perkembangan baru ini erat ikatannya dengan aliran Syiah yang di tetapkan dinasti Syafawi sebagi agama resmi agama.
Dalam Syiah dua belas ada dua golongan, yakni Akbari dan Ushuli mereka berbeda di dalam memahami ajaran agama, yang pertama cendrung berpegang teguh kepada hasil ijtihad para mujtahid Syiah yang mapan. Sedangkan yang kedua mengambil langsung dari sumber ajaran Islam, Al-qur’an dan Al-hadits tanpa terikat kepada para mujtahid. Golongan Ushul inilah yang paling berperan pada masa Syafawi. Di bidang teologi mereka mendapat dukungannya dalam madzhab Mu’tazillah. Pertemuan kedua elemen kelompok inilah yang berperan pada terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di dunia Islam yang kemudian dilahirkan beberapa filusuf dan ilmuan[2].
d)      Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Syafawi.
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I). Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1.      Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2.      Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3.      Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4.      Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan kerajaan Syafawi. Factor lain adalah konplik yang berkepenjangan dengan kerajaan Utsmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesar kerajaan, dan juga konplik intern di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.








B.     Pertumbuhan dan Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa kerajaan Mongol
a)      Asal-Usul Bangsa Mongol
Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkestan di Barat, Manchuria di Timur, dan Siberia di sebelah Utara. Kebanyakan dari mereka mendiami padang stepa yang membentang di antar pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah, dan mendiami hutan Siberia dan Mongol di sekitar Danau Baikal.
Dalam rentang waktu yang relatif panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana mereka mendirikan perkemahan dan berpindah dari satu tempat ketempat lain, menggembala kambing, berburu. Mereka hidup dari hasil perdagangan tradisional yaitu mempertukarkan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Kesehariannya, sebagaimana dipredikatkan pada sifat nomad,mereka mempunyai sifat kasar, suka berperang, berani mati dalam mewujudkan keinginan dan ambisi politiknya. Namun, mereka sangat patuh dan taat pada pimpinannya dalam satu bingkai agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan yang menyembah bintang-bintang dan matahari terbit.
Namun demikian, ada satu pendapat yang mengatakan bahwa bangsa Mongol bukanlah suku nomad sebagamana dimaksud, tetapi satu bangsa yang memiliki ketangkasan berkuda yang mampu menaklukkan stepa ke stepa, akibatnya kehidupan. mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.
Runtut etniknya berasal dari nenek moyang yang bernama Alanja Khan yang dikaruniai dua orang putera kembar yaitu Tartar dan Mongol. Dari kedua putera ini melahirkan dua keturunan bangsa, yaitu Mongol dan Tartar. Dari yang pertama lahirlah seorang bernama Ilkhan yang di kemudian hari menjadi pemimpin bangsa Mongol.[3]
b)      Ciri-ciri Masa Mongol.
a. Berpindahnya pusat ilmu.
Kegiatan ilmu pada masa Abasiyah berpusat di kota-kota Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray, Cordova, sevilla, Ketika kota-kota tersebut hancur maka kegiatan ilmu berpindah ke kota-kota Kairo, Iskandar, Usyuth, faiyun, damaskus, Hims, Halab, dan lain-lain kota di kota Mesir dan di Syam.
b. Tumbuhnya ilmu-ilmu baru.
Dalam masa ini mulai matang ilmu Umron (Sosiologi ) dan filsafat Tarikh ( Philosophy of history ) dengan munculnya Muqaddimah Ibn Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai di sempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu kritik sejarah.
c. Kurangnya Kutubul khanah.
Dalam zaman ini banyak perpustakaan besar yang musnah bersama segala kitabnya karena terbakar atau tenggelam di tengah-tengah suasana yang kacau waktu penaklukan Mongol di Timur dan penyerangan Spayol di Barat. Atau pemusnahan kitab-kitab dan perpustakaan sebagai akibat terjadinya pertentangan sengit antara Firqah-firqah agama. Atau karena menjadi rusaknya dan mengaburnya tinta akibat lapuk dimakan usia.
d. Banyaknya Sekolah dan Mausu’at.
Dalam masa ini sekolah-sekolah yang teratur tumbuh subur, terutama Mesir dan Syam, dan yang menjadi pusatnya adalah Kairo dan Damaskus. Pembangun sekolah pertama adalah Sultan Nurudin Zanky yang kemudian di ikuti oleh para raja dan sultan sesudahnya. Berdirilah berbagai corak sekolah baik karena perbedaan madzhab atau pun karena ke khususan ilmu. Ada sekolah untuk ilmu Tafsir dan Hadits, dan sekolah untuk Fiqh berbagai madzhab, ada sekolah untuk ilmu Thib dan Filsafat, ada sekolah untuk ilmu Riyad-Hiya’at ( ilmu pasti, ilmu music dan ilmu eksakta lainnya ). Dari sekolah ini keluarlah para ulama dan sarjana yang jumlahnya cukup banyak. Keadaan di Mesir pun demikian juga, bahkan Jami’ah Al-Azhar Kairo menjadi bintangnya segala sekolah, tidak saja yang usianya yang lebih tua tetapi yang terutama karena mutu ilmu yang tinggi. Kecuali banyaknya sekolah, zaman ini istimewa dengan lahirnya Mausu’at dan Majmu’at ( buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah kira-kira seperti Encyclopedia ).
e. Penyelewengan ilmu.
Dalam zaman ini ummat islam dan kaum terpelajar banyak yang melarikan diri kedunia pembahasan agama, apalagi ketika persatuan politik tidak ada lagi dan sultan-sultannya tidak memperhatikan perkembangan dan kemurnian agama, ummat islam makin tenggelam kepada pembahasan bidang agama saja, bahkan lama-kelamaan jatuh ke lembah mistik dan khurofat. Hal ini mungkin karena kebanyakan manusia telah di hinggapi rasa takut sehingga mereka mengungsi ke dunia agama dan mistik untuk menghibur diri. Dalam masa ini berbagai ilmu mereka pergunakan untuk mengkhidmati agama saja atau mistik dan khurofat. Misalnya ilmu Falak hanya untuk menetapkan waktu sholat, sementara ilmu Bintang untuk meramal.
f. Kondisi keagamaan
Penguasa Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, selama peperangan maka ratalah kota dan daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya mereka bakar Kutubul Khanahnya, maka musnahlah perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa bahwa Jenghis Khan yang meruntuhkan semua itu, diantara keturunannya ada yang bangun menjadi pemelihara dan pembangun kembali agama dan kebudayaan Islam.
Timur lenk, salah satu keturunan Jenghis Khan misalnya, pada akhir hayatnya memeluk Islam, berkat usaha sultan Faraj, seorang dari raja Mamluk yang mengutus delegasi dengan pimpinan Ibn Khaldun Bapak Sosiologi Islam yang termashur saat itu. Sementara itu kekejaman Timur Lenk mereda dan ia mengamalkan agama Islam secara tekun serta membelanya dengan semangat sampai wafatnya tahun 1404 M. tidak berbeda keadaannya dengan keturunan Jenghis Khan yang lain Islam menyusupi diri mereka.
1)      Juchi Khan keturunan dari Junghis Khan yang menguasai lembah Wolga, eropa Timur dan Eropa Tengah, menurunkan seorang namanya Barka Khan ( 1256-1266 ). Barka Khan inilah menurut Arnold dalam The Preaching of Islam, merupakan keturunan Jenghis Khan yang perama-tama masuk Islam. Ia banyak membangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota belahan Utara itu. Ia banyak berhubungan surat-menyurat dengan sultan Baibars, seorang raja Mamluk Mesir. Sementara itu, misi Islam dari Mesir banyak berdatangan dan Islam makin tersiar di belahan Utara.
2)      Chagatai Khan putra Jenghis Khan yang menguasai lembah Tarim Turkisan Timur, sin-hiang, Asia Tengah ( Turkistan Barat, Tran-soxiana ) menurunkan seorang bernama Tagluk Timur Khan (1347-1363 M) yang menjadi sultan Islam pertama dari keturunan Chagatai Khan. Di tangannya kerajaan yang di bentuk moyangnya itu menjadi kesultanan Islam.
3)      Demikian juga keturunannya yang lain yang masuk menguasai India, Akhirnya mendirikan Kerajaan Moghal (1526-1962 ) di India, suatu kesultanan Islam yang banyak berjasa dalammeninggikan Islam. Kenyataan menunjukkan bahwa bangsa yang ketika masih biadab menghancurkan segala yang dimiliki Islam, ketika ia telah bergaul dan meresapi ketinggian Islam bukannya masyarakat Islam yang musnah tapi mereka yang lambat laun terpengaruh, bahkan menjadi pembela dan penjunjung tinggi Islam.[4]
c)      Kemajuan bangsa mongol.
Pada masa pemerintahan Bahadur Khan, Mongol mengalami kemajuan yang sangat besar karena pada saat itu Bahadur berhasil menyatukan13 kelompok suku bangsa. Kemudian pada masa pemerintahan Hulagu Khan banyak wilayah yang telah ditaklukannya.diantaranya adalah kota Baghdad yang pada waktu dipimpin oleh Khalifah Al-Mu’tashim. Khalifah Al-mu’tashim tidak mampu membendung topan tentara Hulagu Khan. Selanjutnya Hulagu melanjutkan gerakannya ke Syria dan Mesir dari Baghdad pasukan mongol menyebrangi sungai Khuprat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai. Mesir pada tahun 1260 M. mereka berhasil menduduki Hablur dan Gaza.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Ghazan, yakni raja yang ketujuh Dinasti Ilkhan, ia mulai memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan satra. Oleh karena itu, ia membangun semacam biara untuk para Darwis, perguruan tinggi untuk madzhab Syafi’I dan Hanafi, sebuah perpustakaan Observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya.
d)      Sebab-sebab Kemunduran Bangsa Mongol.
Kekalahan bangsa Mongol di bawah panglima Kitbugha atas pasukan Mamalik di bawah panglima Qutuz. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik untuk menyerah. Permintaan itu di tolak oleh Qutus dan utusan Kitbugha tersebut dibunuhnya. Tindakan Qutuz itu tidak menimbulkan kemarahan oleh di kalangan Mongol. Kitbugha kemudian melintas Jordania menuju Galilei. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang di pimpin langsung oleh Qutuz. Pertempuran dahsyat terjadi sehingga pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol pada tanggal 3 september 1260 M. Hal inilah yang menyebabkan runtuhnya kerjaan Mongol di Cina.
Pada saat Mongol diperintah oleh Abu Sa’id ( 1317-1335 M ), terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan akhirnya terpecah belah sepeninggalan abu Sa’id dan masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.[5]














BAB  III
PENUTUP

A.     Simpulan
Ada dua aspek menarik dari pengkajian sejarah kerajaan Shafawi pada ( 1501-1722 M ). Pertama, lahirnya kembali dinasti Shafawi adalah kebangkitan kembali kejayaan Islam. Ketika Islam sebelumnya pernah mengalami masa kecemerlangan. Kedua, dinasti Shafawi telah memberikan kepada Iran semacam “Negara Nasional” dengan identitas baru, yaitu aliran Syiah yang menurut G.H. Jansen merupakan landasan bagi perkembangan nasionalisme Iran Modern.
Jatuhnya Kota Baghdad pada tahun 1258 M, ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan perandaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap di bumi hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Kehidupan. mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.

B.     Saran
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca terkhusus untuk penulis sendiri. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca Sangay penulis harapkan guna perbaikan makalah dimasa yang akan datang.






DAFTAR PUSTAKA



Ajid, Thohir, 2004, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: P.T. RajaGrafindo.

Shiddiq, Nourouzzaman H., Dr. 1989Pengantar Sejarah Muslim, Yogyakarta : Mentari MasaYogyakarta, Cetakan ke II,

Sunarto, Musyrifah. 2008.  Sejarah Islam Klasik . Jakarta:Prenada Islam Media.


Yatim, Badri, 2006, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada.





















DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ................................................................................................       i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................      ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................     iii

BAB     I     PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ........................................................................................    1
B.     Rumusan Masalah ...................................................................................     1

BAB     II    PEMBAHASAN
A.     Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Pada Masa Shafawi di persia..              2
B.     Pertumbuhan dan Pekembangan Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Mongol                 8
BAB     III   PENUTUP
A.     Kesimpulan .............................................................................................   14
B.     Saran ......................................................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA









KATA PENGANTAR





Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asal-usul Kerajaan Persia dan Mongol” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunannya, hal ini dikarenakan keterbatasan penulis, oleh sebab itu untuk kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan kedepannya, terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik materil maupun spiritual, dalam proses penyelesaian makalah ini.


                                                                        Bengkul,                   2012


                                                                                    Penulis


[1]Ajid Thohir, (Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta:P.T. Raja Grafindo, 2004)  hal 166-167
[2] Ibid. hal: 173-177
[3] Nourouzzaman Shiddiq, H., Dr., Pengantar Sejarah Muslim, (Yogyakarta : Mentari MasaYogyakarta, Cetakan ke II, 1989), hal. 74

[4] Prof. Dr.Hj. Masyrifah Sunarto, (Sejarah Islam Klasik, Jakarta:Prenada Islam Media, 2008). Hal:190-194
[5] Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradapan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), hal.111

Minggu, 15 April 2012

PRPOSAL SKRIPSI PKn (UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN PKn MELALUI KETERAMPILAN GURU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS IV SD NEGERI 102 SELUMA)


BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah
                   Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
                   Perilaku-perilaku yang dimaksud di atas seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 ayat 2, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang bersifat persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan. Perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan di atas melalui musyawarah dan mufakat serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
1
 
                        Sebagai suatu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi yang harus diemban. Di antara misi yang harus diemban adalah sebagai pendidikan dasar untuk mendidik warga negara agar mampu berpikir kritis dan kreatif, mengkritisi, mengembangkan pikiran. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat, mengenal dan melakukan telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai perilaku yang diharapkan.
                        Namun dalam kenyataan di lapangan, banyak ditemukan berbagai kendala dalam proses belajar PKN sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Salah satu kendala itu antara lain tidak berani mengungkapkan pendapat. Salah satu sumber kritik yang dilontarkan masyarakat adalah PKn telah digunakan sebagai alat indoktinasi dari suatu sistem kekuasaan untuk kepentingan pemerintahan yang ber kuasa. Eksesnya para siswa atau lulusan pendidikan semakin telah dikondisikan untuk tidak berani mengemukakan pendapat dan koreksi terhadap kesalahan penguasa. Nilai dan tindakan kreatif semakin terabaikan karena masyarakat termasuk peserta didik hanya dituntut untuk menjadi penurut dan peminta petunjuk.
                        Dengan situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi agar kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat semakin meningkat.
                         Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru adalah guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode mengajarnya. Metode mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah metode untuk menunjang proses belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
                        Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena tidak semua materi dapat diajarkan dengan hanya satu metode mengajar. Guru hendaknya dapat memilih metode mengajar yang dianggap sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat berlangsung secara efektif, efisien dan tidak membosankan.
                        Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 37.  Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan. Kenyataan di lapangan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) masih dianggap sebagai pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai metode konvensional atau tradisional. Metode konvensional merupakan metode dimana guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar berkurang dan hanya bergantung pada guru.
                        Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mengadakan tes  kemampuan awal dan wawancara dengan guru PKn kelas IV, maka penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 102 Seluma. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peneliti bermaksud mencobakan metode diskusi kelompok  bagi kelas IV SDN 102 Seluma. Metode ini diterapkan agar  dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar PKn tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran.
                        Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran PKn Melalui Keterampilan Diskusi Kelompok Kelas IV SDN 102 Seluma Tahun Ajaran 2011/2012”.

B.     Permasalahan
                  Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah: Apakah melalui proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajara siswa dalam pembelajaran PKn?
1.      Bagaimana hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok?
2.      Bagaimana hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn setelah menggunakan diskusi kelompok ?
3.      Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan keterampilan menjelaskan dan metode diskusi kelompok serta sesudahnya dalam proses pembelajaran PKn?

C.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.      Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn sebelum menggunakan metode diskusi kelompok.
2.      Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn setelah menggunakan metode diskusi kelompok.
3.      Peningkatan hasil belajar siswa sebelum menggunakan keterampilan metode diskusi kelompok serta sesudahnya dalam proses pembelajaran PKn

D.    Manfaat Penelitian
1.      Hasil penelitian ini diharapkan, agar penulis dapat berpartisipasi aktif secara langsung di dalam kegiatan proses pembelajaran serta memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKN di Sekolah Dasar.
3.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru-guru PKN di SD tentang penggunaan metode diskusi kelompok, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar.

E.     Penjelasan Istilah
1.      Upaya meningkatkan 
               Yang dimaksud dengan upaya peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk menaikkan atau untuk mempertinggi.
2.      Hasil Belajar
               Yang dimaksud dengan Hasil belajar disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru).
               Yang penulis maksudkan dengan proses pembelajaran dalam penelitian  ini adalah proses interaksi atau hubungan timbalbalik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam kegiatan belajar mengajar.


BAB II
LANDASAN TEORI


A.     Metode Diskusi Kelompok
a.       Pengertian Metode Diskusi Kelompok
            Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Yang dimaksud dengan metode diskusi kelompok adalah cara pembelajaran melalui penyelidikan terhadap suatu kasus, kemudian diminta kepada siswa untuk mencari  jawaban serta kesimpulannya. Adapun penyelidikan tersebut dilakukan secara kritis-analitis dan logis sehingga kesimpulan yang didapat akan diyakini kebenarannya.
Adapun yang dimaksud dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PKn melalui metode diskusi adalah: Usaha, yang dilakukan guna untuk menaikkan atau mempertinggi kecenderungan/ keterkaitan siswa dalam belajar pada waktu terjadinya proses interaksi antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa, saat kegiatan belajar mengajar melalui cara pembelajaran. Kemudian, kepada siswa ditugaskan untuk mencari jawaban serta kesimpulannya secara kritis dan logis, sehingga kesimpulan yang didapat akan diyakini kebenarannya.
b.      Tujuan
                  Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai guru dalam menggunakan diskusi kelompok  di dalam kelas, yaitu:
1.      Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan “Mengapa” yang mereka ajukan atau yang dikemukakan ole guru.
2.      Menolong siswa mendapatkan dan memahami dengan jelas jawaban pertanyaan, hukum, dalil dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
3.      Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
4.      Untuk mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahaman dan untuk mengatasi kesalahan pengertian mereka.
5.      Menolong siswa untuk menghayati dengan pendapat, meningkatkan penalaran, membantu siswa untuk menggunakan bukti dalam menyelesaikan keadaan yang meragukan.
            Disamping itu ada pula beberapa alasan yang dapat dikemukakan mengenai perlunya keterampilan metode diskusi kelompok dikuasai dengan baik yaitu sebagai berikut:
a.       Mendorong siswa berpikir kritis.
b.      Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c.       Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d.      Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
a.       Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan secara bersama-sama.
b.      Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c.       Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
c.       Diskusi Kelompok Dalam Penelitian
Yang dimaksud dengan diskusi kelompok dalam penelitian ini adalah suatu kelompok dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 3-6 orang. Metode ini digunakan untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan masalah. Seorang juru bicara ditunjuk untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kepada sidang lengkap dengan semua kelompok-kelompok. Tujuan diskusi ini adalah untuk memperoleh informasi, untuk memecahkan masalah atau mendiskusikan suatu isu.
Tugas pemimpin kelompok:
1.      Membantu dalam menentukan isu atau masalah
2.      Memberikan penjelasan kepada kelompok-kelompok kecil:
a.       Tentang tugasnya
b.      Tentang batas waktu 5-15 menit untuk menyelesaikan tugas-tugas
c.       Menyarankan agar tiap kelompok kecil memilih pemimpin siding dan penulisnya.
3.      Meminta saran-saran untuk memecahkan masalah,  penjelasan isu atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
4.      Merangkum hasil diskusi kelompok itu atau menugaskan salah seorang untuk melakukannya
5.      Mengajukan tindakan dan studi tambahan
6.      Mengevaluasi  manfaat dan kekurangan situasi belajar.
Tugas anggota
1.      Membantu dan merumuskan isu atau masalah yang dihadapi
2.      Ikut memilih pemimpin dan penulis dalam kelmpok
3.      Memperjelas dan merumuskan isu atau masalah yang dihadapi mereka.
4.      Ikut melaksanakan evaluasi efektifitas pengalaman belajar
Tugas juru tulis
1.      Mencatat seluruh pendapat anggota-anggota kelompok
2.      Merangkum pendapat kelompok
3.      Melaporkan kepada siding lengkap
Metode ini dipertimbangkan efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa, karena dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam pembahasan diskusi kelompok tersebut, aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh guru adalah:
1.      Pembagian kelompok
2.      Penyusunan kelompok
3.      Penentuan dan penjelasan topik
4.      Memotivasi peserta diskusi
5.      Peran guru saat diskusi berlangsung
6.      Penerapan demokratisasi
7.      Pemberian kesimpulan
            Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan diskusi kelompok siswa dituntut untuk aktif dan menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan membentuk kelompok kecil. Apabila menghadapi kesulitan, siswa dapat mendiskusikan dengan siswa lain atau bertanya kepada guru.
d.      Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
            Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Langkah Persiapan
       Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
1)      Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
2)      Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai..
3)      Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4)      Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
b.       Pelaksanaan Diskusi
           Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1)      Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2)      Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3)      Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4)      Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5)      Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c.        Menutup Diskusi
               Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:
1)      Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2)      Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

B.     Konsep Tentang Hasil Belajar
a.       Pengertian Belajar
                  Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Lebih–lebih setelah dicanangkannya wajib belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya masing–masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akitivitas belajar itu telah ada sejak adanya manusia.
Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar? Jawabannya adalah karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenarnya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan “ ritual–ritual” belajar.
Apa sebenarnya belajar itu, banyak ahli yang memberikan batasan. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan – kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.
Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit pengetahuannya didentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Pengertian belajar demikian, secara konseptual tampaknya sudah mulai ditinggalkan orang. Guru tidak dipandang sebagai satu – satunya sumber informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar.
Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Selain itu, ahli–ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda mengenai apa belajar itu. Dalam pandangan psikologis, menurut Ali Imron (1996:2 – 14), ada 4 pandangan mengenai belajar, yaitu :
1.      Pandangan Psikologi Behavioristik.
Menurut psikologi behavioristik, belajar adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung kepada faktor–faktor kondisional yang diberikan oleh lingkungan. Tokoh–tokoh psikologi behavioristik mengenai belajar ini antara lain : Pavlov, Watson, Gutrie dan Skinner.
Teori kondisioning ini lebih lanjut dikembangkan oleh Watson. Setelah mengadakan eksperimentasi, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dan atau diri sendiri seseorang dapat dilakukan melalui latihan/membiasakan mereaksi atas stimulus – stimulus yang dialami.
Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba– coba (trial and error). Mencoba – coba ini dilakukan, manakala seseorang tidak tahu bagaimana harus memberikan respon atas sesuatu. Dalam mencoba – coba ini seseorang mungkin akan menemukan respons yang tepat berkaitan dengan persoalan yang dihadapinya.
2.      Pandangan Psikologi Kognitif
Menurut psikologi kognitif, belajar adalah suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan, mengabaikan dan respon – respon lainnya guna mencapai tujuan.
3.      Pandangan Psikologi Humanistik
Pandangan psikologi humanistik merupakan anti tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Menurut pandangan psikologi humanistik, belajar dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar – besarnya kepada individu.
Salah seorang tokoh psikologi humanistic Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. Ia mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan – keputusan yang ia ambil atau pilih.
4.      Pandangan Psikologi Gestalt
Tokoh psikologi Gestalt adalah Kohler, Koffkar dan Wertheimer. Menurut pandangan psikologi Gestalt, belajar adalah terdiri atas hubungan stimulus respon yang sederhana tanpa adanya pengulangan ide atau proses berpikir. Dalam belajar ditanamkan pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus dipelajari.
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman.Belajar selalu melibatkan perubahan pada dirinya dan melalui pengalaman yang dilaluinya oleh interaksi antar dirinya dan lingkungannya baik sengaja maupun tidak disengaja. Perubahan yang semata–mata karena kematangan seperti anak kecil mulai tumbuh dan berjalan tidak termasuk perubahan akibat belajar, karena biasanya perubahan yang terjadi akibat belajar adanya perubahan tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 729) menyebutkan ”belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang bersangkutan”.
Howard L Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998:104) menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam arti luas ditumbuhkan atau diubah melalui praktek atau latihan-latihan. Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Sementara itu, Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tigkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan yang tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan, dan kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.
Dalam proses belajar mengajar perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kemauan dan minat siswa turut menentukan keberhasilan belajarnya. Perbedaan kemampuan siswa mengakibatkan perbedaan waktu untuk menguasai materi pembelajaran.
Sementara itu Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) mengemukakan bahwa ” apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanan terhadap faktor ketahuan, kesempatan belajar, kualitas pengajaran dan kemampuan memahami pelajaran maka setiap siswa akan mampu menguasai materi pelajaran yang diberikan”.
Dari teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan–pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus–menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
b.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar Siswa - Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 250-251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004 : 39).
"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya". Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

C.     Ruang Lingkup Pembelajaran Bidang Studi PKn
a.       Latar Belakang
            PKn dijelaskan dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 UU RI No. 2 tahun 1989 tentang  Sistem Pendidikan Nasional Menyatakan bahwa:
   “Pendidikan Pancasila mengarahkan pada moral yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari”.
   Selanjutnya juga dijelaskan bahwa:
“Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan  dan kemapuan dasar berkenaan dengan hubungan antar Negara dengan Negara serta pendidikan  bela Negara-negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara”

               Berdasarkan pengertian di atas maka PKn memiliki arti penting dalam rangka pembinaan dan pembentukkan  manusia Indonesia yang berjiwa Pancasila, khususnya bagi generasi muda penerus bangsa dari pendidikan dasar sampai pendidikan dijenjang tinggi.mereka mengemban tugas membina dan melestarikan nilai dan moral Pancasila dengan demikian  melaui PKn diharapkan siswa menjadi manusia terdidik dan warganegara yang baik serta berperilaku sesuai dengan norma Pancasila.
b.      Pengertian
“Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa. Baik secara individu maupun anggota masyarakat, warga Negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa” (Kurikulum PKn SLTP. 1996:1).

            Dari pengertian tersebut di atas maka PKn memiliki arti penting dalam melestarikan nilai luhur dan moral yang bersumber dari budaya bangsa, dan diharapkan siswa dapat menerapkan dalam tingkah laku dalam kehidupan di lingkungannya, bangsa dan Negara.
c.       Fungsi
            Berdasarkan pengertian PKn dalam kurikulum pendidikan dasar maka PKn adalah
1.        Melestarikan dan mengembangkan nilai moral-moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan  perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai  bangsa Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat.
2.        Mengembangkan dan membina siswa menuju manusia Indonesia seutuhnya yang sedikit politik, hokum dan konstitusi Negara kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila.
3.        Membina pemahaman dan kesadaran tentang hubungan antar warga Negara dengan sesama warga Negara dan pendidikan pendahuluan bela Negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajiban sebagai warga Negara.
4.        Membekali siswa dengan sikap perilaku yang berdasarkan nilai-nilai moral Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Tujuan
            Berdasarkan pengertian PKn maka diambil kesimpulan bahwa tujuan PKn adalah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila dalam rangka pembentukkan sikap dan perilaku sebgai pribadi, anggota masyarakat dan kemampuan untuk mengikuti pendidikan dijenjang pendidikan menengah.
e.       Ruang Lingkup
Sedangkan ruang lingkup PKn ,menurut kurikulum Pendidikan Dasar yaitu:
1.      Nilai, moral dan norma serta nilai-nilai spiritual bangsa Indonesia dan perilaku yang diharapkan terwujud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
2.      Kehidupan Idiologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan  Pancasila  dan UUD 1945 (Kurikulum PKn, 1996:2).
            Pendidikan  Pancasila dan kewarganegaraan selain sebagai pendidikan nilai, moral juga merupakan pendidikan politik. Adapun sasaran kedua arah pendidikan tersebut adalah menghendaki terciptanya pribadi-pribadi manusia Indonesia yang akan tumbuh  menjadi warga yang tau  akan posisinya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga mampu menjadi warga Negara yang memilki kesadaran dan kewajibannya dalam ikut menyumbangkan peran sertanya dalam pembangunan nasional.



D.    Keterkaitan Antara Hasil Belajar Siswa Dengan Keterampilan Diskusi Kelompok
Dalam proses pembelajaran pada prinsipnya siswa telah memiliki minat belajar yang merupakan minat pembawaan. Sehingga baik siswa itu sendiri maupun guru di sekolah bertugas mengembangkan atau meningkatkan minat-minat yang telah dimiliki.
Adapun cara membangkitkan minat tersebut menurut Sardiman AM (1986: 93) adalah:
1.      Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2.      Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3.      Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4.      Menggunakan berbagai bentuk mengajar
Sejalan dengan pendapat di atas disini penulis berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn melalu keterampilan guru dengan menggunakan diskusi kelompok. Keterampilan menjelaskan dengan menggunakan diskusi kelompok yang dimiliki oleh seorang guru berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Melalui metode diskusi kelompok diharapkan siswa mengalami suasana yang bebas dalam mengungkap suatu masalah sesuai dengan minat yang ada pada dirinya. Mata pelajaran PKn lebih menekankan pada aspek afektif disaming kognitif dan psikomotor, yaitu aspek nilai, sikap dan moral.
Dengan keterampilan diskusi kelompok diharapkan akan membuat siswa lebih tertarik atau berminat dalam belajar, karena penanaman dan pengembangan konsep nilai dan moral dapat dicapai bila mana siswa secara langsung berinteraksi satu sama lainnya dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu metode ini dapat memberikan pengalaman dan keterampilan dalam mengemukakan keinginan yang ada dalam diri siswa.
Keterampilan diskusi kelompok dalam pengajaran PKn juga merupakan salah satu variasi agar siswa tidak menjadi bosan, maksudnya dengan pengajaran tersebut siswa akan tertarik dan termotivasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.




















 
BAB III
METODE PENELITIAN


A.     Setting Penelitian
  1. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2011/2012 selama kurun waktu satu bulan yaitu  dari tanggal 3-27 Oktober 2011.
  1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di kelas IV SDN 102 Seluma yang terletak di desa Air Petai.
  1. Observator Penelitian
Peneliti adalah guru kelas yang berpengalaman mengajar selama 4 tahun. Dalam penelitian ini peneliti, kalbolator berjumlah satu orang yang bertugas untuk mengamati tindakan kelas.

B.     Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah penelitian terhadap siswa kelas IV SD Negeri  102 Seluma yang berjumlah 38 orang siswa.

C.     Metode Penelitian
24
 
Penelitian ini adalah penelitian tindakan latar kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sendiri oleh pelaksana/guru untuk memperbaiki pengajaran dengan cara melakukan perubahan-perubahan dan mempelajari akibat-akibat perubahan itu (Oja dan Smulyan, 1989). Untuk melakukan  perubahan itu, dilakukan kerjasama antara peneliti dengan guru lainnya agar hasil belajar siswa terhadap pelajaran PKn meningkat dan diharapkan terjadi perubahan sikap dan tingkah laku yang akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar.

D.    Cara Melaksanakan Tindakan
Proses penelitian tindakan latar kelas ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana yang dikemukakan oleh MC. Togart (1993) yaitu:
1.      Planning
2.      Action
3.      Reflektion
4.      Observation
Secara rinci proses penelitian adalah sebagai berikut:
a.       Kegiatan awal
Pada kegiatan awal ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Melihat hasil belajar siswa
2.      Merumuskan rencana pembelajaran
3.      Mempersiapkan alat dan media
4.      Menentukan waktu
b.      Pelaksana tindakan
Setelah kegiatan awal dilakukan, peneliti melaksanakan segala sesuatu yang telah direncanakan pada tahap awal.
c.       Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi kemudian dilakukan refleksi dianalisis pencapaian tingkat minat belajar siswa dengan kekurangan-kekurangan guru dalam penyampaian materi sebagai salah satu masukan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya.
d.      Replaning
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama peneliti menyusun rencana untuk melakukan tindakan berikutnya yaitu:
1.      Menyusun rencana pembelajaran
2.      Menyiapkan alat dan media
e.       Pelaksanaan dan observasi
Pada tahap ini kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan replaning kemudian diamati dan dievaluasi kembali hingga penerapan keterampilan menjelaskan dan diskusi kelompok dapat berhasil.

E.     Sumber Data Penelitian  
            Sumber data untuk mengamati variabel yang diteliti terdiri dari lembar penilaian hasil belajar siswa (data primer) dan lembar observasi kegiatan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (data skunder). Adapun format dari kedua instrument tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Lembar Pengamatan I :adalah data primer yang digunakan untuk menilai kerjasama kelompok pada siklus. Adapun format lembar pengamatan I adalah sebagai berikut:
     







LEMBAR OBSERVASI KERJASAMA KELOMPOK
Siklus :…….

Tabel I

No

Aspek yang dinilai
Skor
Jml
skor

Kriteria
1
2
3
4
1
Efektivitas pembagian kerja
a)       Adanya ketua kelompok yang mempunyai wewenang membagi tugas
b)      Ketua kelompok dipilih berdasarkan musyawarah kelompok
c)       Ketua kelompok melakukan pembagian kerja
d)      Anggota kelompok patuh terhadap pembagian kerja yang ditetapkan







2
Ketergnatungan antar anggota kelompok
a)       Tugas antar anggota kelompok saling berhubungan
b)      Adanya perbedaan tugas antar anggota
c)       Tugas kelompok dapat selesai jika seluruh anggota kelompok dapat selesai melaksanakan tugasnya masing-masing






3
Tanggung jawab perorangan
a)      Anggota kelompok memahami tugasnya masing-masing
b)      Setiap anggota kelompok mempunyai alat dan sumber belajar untuk menggali informasi yang dibutuhkan
c)      Seluruh anggota kelompok terlibat aktif melaksanakan tugasnya masing-masing
d)      Setiap anggota kelompok selesai mengerjakan tugas tepat waktu






4
Komunikasi antar anggota kelompok
a)       Setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam pemilihan ketua kelompok atau pembagian tugas
b)      Setiap anggota terlibat komunikasi aktif (saling bertanya, mengungkapkan ide dan memberi penjelasan)






Keterangan:
(1) Kurang                        (2) Cukup        (3) Baik           (4) Baik

b)      Format 2: Lembar pengamatan kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Data skunder).
Tabel II

NO

ASPEK YANG DINILAI
PENILAIAN
KETERANGAN
0
1
2
3
4
Perencanaan







1
Membuat RPP





2
Menyusun bahan  ajar





3
Merumuskan tujuan (indikator)





4
Mengorganisasi materi





5
Memilih media yang tepat





6
Memilih sumber belajar





7
Menyusun alat ukur





                                          Jumlah

                                          Kriteria


Tabel III

NO

ASPEK YANG DINILAI
PENILAIAN
KETERANGAN
0
1
2
3
4
Perencanaan








1
Membuka menutup pelajaran





2
Memotivasi





3
Membentuk kelompok diskusi





4
Memberi informasi/menjelaskan





5
Membantu siswa yang mengalami kesulitan





6
Variasi mengajar





7
Memberi evaluasi





                                          Jumlah

                                          Kriteria



F.      Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini, penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut:
a.       Teknik pengumpulan data primer
                  Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan mengisi format lembar pengamatan 1 oleh peniliti untuk mengamati hasil belajar siswa dalam pemecahan masalah setiap siklus.
b.      Teknik pengumpulan data skunder
Teknik pengumpulan data skunder dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pengisian lembar pengamatan guru dilakukan oleh kalobolator.

G.    Teknik Analisis Data
a)      Lembar pengamatan 1: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganailisis kerjasama kelompok pada setiap siklus dengan teknik analisis data sebagai berikut:
           

            Keterangan :
            % AS   : Persentase tingkat kerjasama kelompok
            FK       : Frekuensi kelompok
            JSK     : Jumlah seluruh kelompok
b)      Lembar pengamatan 2: dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganailisis tingkat parsitisipasi siswa dalam diskusi kelompok pada setiap siklus dengan teknik analisis data sebagai berikut:
     
            Keterangan       :
            % PS   : Persentase parstisipasi siswa
            FS        : Frekuensi siswa
            JSK     : Jumlah seluruh siswa
c)      Analisis data format 3 dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sejauh mana tingkat kinerja guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada setiap siklus. Selanjutnya indikator kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:
Tabel 4

No
Rentang Skor
Kriteria Kerja Guru
1
<10
Kurang
2
10-16
Sedang
3
17-22
Baik




H.    Indikator Kinerja
                    Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indicator kinerja. Indicator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan tindakan pada siklus dalam penelitian. Indicator kerja dalam penelitian ini adalah:
  1. Jika sekurang-kurangnya 75% dari seluruh kelompok kerjasama kelompoknya masuk dalam criteria “Baik”
  2. Jika sekurang-kurangnya 75% siswa tingkat partisipasi kerja kelompoknya tergolong “Baik”